Selasa, 07 Desember 2010

Diaz : Bebaskan Papua Dari Penembakan Warga Sipil

JUBI --- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Daerah Pemilihan Papua, Diaz Gwijangge, mengemukakan bahwa umat Kristiani akan segera merayakan Natal 2010 dan Tahun 2011. Oleh karena itu, memasuki Natal yang merupakan hari besar umat Kristiani, sebaiknya Papua bebas dari penangkapan dan penembakan warga sipil.


“Bulan Desember dan memasuki Hari Natal sebaiknya Papua tidak dijadikan ajang penangkapan dan penembakan warga sipil. Wilayah itu harusnya ditetapkan sebagai tanah damai,” ujar anggota Komisi X DPR RI Diaz Gwijangge, kepada JUBI di Jayapura, Senin (6/12).

Penegasan itu dikemukakan Diaz yang juga legislator dari Partai Demokrat menyusul meningkatnya aksi penembakan terhadap sejumlah warga di sejumlah wilayah di Papua.

Diaz mencontohkan, berdasarkan informasi yang diterima dari Jayapura, pada 20/11 ada sekelompok orang bersenjata tiba-tiba menembaki warga di daerah Gunung Timei, Daerah Administratif Kampung Nafri, Kota Jayapura.

Seorang warga, Riswandi Yunus, meregang nyawa akibat tertembus timah panas pada dada hingga tembus ke punggung. Sementara itu, pengemudi taksi, Baharudin (45), dilaporkan menderita luka-luka akibat ditembak telapak tangan sebelah kanan.

Begitu pula Zainal (9), pelajar SDN 2 Bucen, Kotaraja, dikabarkan menderita luka tembak pada bagian telapak tangan sebelah kiri dan luka lecet pada bagian dada.

Warga lainnya, Alex Nongga (32), tertembak pada bagian lengan tangan sebelah kanan, luka lecet pada muka dan hidung. Begitu juga Saharia Bowo (38), ibu rumah mengalami luka lecet pada kedua lutut. Diaz menegaskan, penangkapan, penahanan, dan penembakan warga tidak pernah menyelesaikan masalah.

Karena itu, ia meminta semua pihak melihat setiap permasalah dengan jelih dan menanganinya dengan pendekatan kemanusiaan, bukan keamanan. “Masyarakat tidak serta merta menjadi kambing hitam atas setiap aksi penembakan. Saya minta agar kasus seperti yang terjadi di Kampung Nafri tidak terulang lagi,” tegas Diaz.

Diaz juga menyoroti insiden tewasnya Miron Wetipo, napi yang melarikan diri dari LP Klas IIA Abepura. Ia dikabarkan tewas saat terjadi baku tembak antara kelompok bersenjata dengan anggota TNI di Tanah Hitam, Abepura Jayapura, Jumat (3/12) lalu.

Sebelum peristiwa penembakan itu terjadi, diberitakan pada hari yang sama aparat keamanan diberondong peluru orang tak dikenal sekitar 50 meter dari rumah Dani Kogoya.  Dani disebut-sebut sebagai otak di balik penyerangan warga di Kampung Nafri, 20 November lalu. Dugaan itu diperkuat dengan ditemukannya sejumlah dokumen terlarang milik OPM di rumahnya saat operasi aparat keamanan.

Dalam penggerebekan di rumah Dani, aparat keamanan juga menahan delapan orang, yakni Yus Jikwa, Itok Tabuni, Elmin Jikwa, Lani Borna, Maluk Tabuni, Nalius Jikwa, Matius Sieb, dan Kagoyanak Jikwa. Diaz menyangkan terjadinya insiden penembakan terhadap warga sipil. Padahal, mereka adalah warga kecil yang bermukim di pinggiran kota.

Menurutnya, ada sesuatu yang janggal karena 1 Desember yang disebut-sebut menjadi HUT OPM dibesar-besarkan sehingga menjustifikasi pihak aparat keamanan melakukan pengeledahan dan penangkapan warga sipil. ”Insiden itu melukai masyarakat kecil yang mendambakan kedamaian. Saya berharap agar bulan Desember ini Papua dijadikan tanah damai. Tak perlu lagi ada penangkapan maupun penembakan warga sipil. Biarkan masyarakat merayakan Natal dalam suasana damai dan tentram,” kata Diaz. (Eveerth Joumilena)