Kamis, 28 Juni 2012

Photos News from Wamena : West Papua - Indonesian Military launch mass offensive and burning the villages

Increased anxiety and Emergency Situations in West Papua after a violent military / police led to 13 people were killed in (24h) twenty-four hours.

Voice Baptist Jayapura, - Violence broke out again after two battalions Wamena military personnel who ride a motorcycle crashed into and killed a boy.

The family did not accept their son in a hit, the population of military personnel are attacking both of them have been killed and only in-patient hospital Wamena.

As the combined forces revenge TNI / police brutality and uncontrolled, while the police reportedly beat and shot several people, while the data on the victims who gathered some 13 people were shot and killed instantly in the incident 06/06 at 07 at night.

Up to 500 homes have been burned by the soldiers allegedly with all the goods and treasure on earth scorching in quotation Newzeland radiator.
Local human rights sources said the bullets that were fired indiscriminately and that dozens of people have been beaten and shot by soldiers.

Until this news was sent down, can not be in the confirmation and verification because the real situation is very urgent and tertutut for the people and journalists and humanitarian workers.

Papua expert, Greg Poulgrain told Radio Australia Connect Asia said that the current situation in Papua needs serious attention.

Papua current situation is an emergency, officials can not be controlled by humanitarian workers because the apparatus is very brutal and banya catching and shooting without hair, it needs no special advocacy and international intervention on the current situation.
  
Kekhawatiran dan Situasi Darurat meningkat di Papua Barat setelah terjadi kekerasan TNI/Polri menyebabkan 13 orang tewas dalam (24jam)  dua puluh empat jam terakhir.


Jayapura VB,--Kekerasan kembali pecah setelah dua personil TNI batalyon wamena yang mengendarai sepeda motor menabrak hingga tewas seorang anak laki-laki.
Para keluarga tidak menerima anaknya mereka di tabrak, penduduk menyerang  kedua personil TNI tersebut diantaranya telah tewas dan satunya di rawat RS wamena.
Sebagai balas dendam Aparat gabungan TNI/Polri brutal dan tak terkendalikan , sementara polisi dilaporkan memukul dan menembaki sejumlah orang, sementara data korban yang di himpun sejumlah 13 orang tewas tertembak seketika dalam insiden itu 06/06 pukul 07 malam.
Sampai dengan 500 rumah diduga telah dibakar oleh tentara dengan semua barang dan hartanya di bumi hanguskan.

Hak asasi manusia lokal sumber mengatakan peluru tajam yang ditembakkan tanpa pandang bulu dan bahwa puluhan orang telah dipukuli dan ditembak oleh tentara.
Sampai berita ini di turunkan, belum bisa di konfirmasi dan verifikasi karena situasi riil sangat urgen dan tertutut bagi rakyat dan jurnalis serta pekerja kemanusiaan.

Ahli masalah Papua, Greg Poulgrain kepada Connect Asia Radio Australia mengatakan bahwa situasi terkini di Papua perlu mendapat perhatian serius.
Situasi papua saat ini sangat darurat, para aparat tidak di kontrol oleh pekerja kemanusiaan karena aparat sangat brutal dan banya penangkapan dan penembakan tanpa bulu, perlu ada advokasi khusus dan intevensi internasional atas situasi saat ini.



KORONOLOGIS KEJADIAN

Tim Kabungan TNI-POLRI dan Anggota BRIMOB- KOPASSUS, Telah Menembak Masyarakat Sipil, dengan Membakar Rumah Mereka Tanpa Alasan yang Jelas.

Waktu
Tanggal 06 Juni 2012
Pukul: 01. 15 - sampai dengan Pukul 19.45 waktu setempat.

Jumlah Korban Jiwa Manusia
8 Orang Tewas
19 Orang Luka-luka

Jumlah Kebakaran Rumah Masyarakat Sipil
100. Bangunan Rumah

Kejadianya
Tempat: Di Wamena Kota

Titik Permulaan
Sinakma, Elabukama

Tim Gabungan
Batalyon (Militer Indonesia) Wimane Sili
Kodim 752 Wamena
Koramil Wamena
Polres Wamena















Papua Menuntut Indonesia, Tinggalkan Papua!


Seorang Mama Papua dalam aksi di Manowakri, Kamis (28/6/2012) sedang mengangkat foto Almahrum Mako Tabuni, ketika jasadnaya disemayamkan di salah satu rumah sakit di Jayapura. (Ist)
Papuareality --- Ratusan warga Papua di Manokwari, Kamis (28/6), melakukan aksi longmarch sepanjang kota Manokwari. Mereka menuntut, agar pemerintah Republik Indonesia mengakhiri kepentingan dan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) di Papua.
“Kami memintah agar Indonesia menghentikan kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua. Stop sudah bunuh kami!” tegas Mama Ira dalam aksi tersebut. Bila tidak ditanggapi, sama saja dengan membiarkan bangsa Papua dikejar, diusir, dibunuh serta negerinya dirampas bangsa asing hingga sampai akhir hayat, ulasnya.
Aksi sepanjang jalan di Kota Manokwari, Kamis (28/6), (Ist).
Dalam aksi tersebut, sejumlah spanduk berisi tuntutan HAM digotong sepanjang jalan. Seperti: Stop bunuh kami. SBY harus bertanggungjawab terhadap pelanggaran HAM di Papua. Bangsa Papua tidak percaya pemerintah Indonesia. Militer Indonesia adalah teroris warga Papua, dan spanduk kecil lainnya bertuliskan kalimat berbeda. Hingga kini tuntutan Papua merdeka terus dikumandangkan. Sementara pihak gereja-gereja di Papua, menilai Indonesia telah melakukan kebohongan publik domestik maupun di mata Internasional. Cerita kebohongan publik paling kentara akhir ini adalah, rangkaian kekerasan bersenjata dan penembakan terhadap Mako Tabuni. Mako  dituding   mencuri senjata Polisi Indonesia, tapi itu hanya settingan publik Militer Indonesia demi menjatuhkan upaya hak kemerdekaan Papua.
Aksi di manokweari, Kamis (28/6). Indonesia dimintah tinggalkan Papua. (Ist)
Berkaitan dengan aksi, Solidaritas Peduli HAM di Papua (SPHDP) mengeluarkan pernyataan sikap. Diantaranya, negara Indonesia dimintah membuka akses media asing ke seluruh Tanah Papua.  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dimintah membentuk tim  pencari fakta ke seluruh Papua. Menarik Semua Pasukan militer Indonesia, organik maupun non-organik dari Tanah  Papua. Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertanggungjawab terhadap  serangkaian pelanggaran HAM di Papua. Amerika dan Inggris segera  menghentikan bantuan senjata, memberikan embargo  persenjataan ke Indonesia. Membebaskan seluruh narapidana dan tahanan politik Papua tanpa terkecuali. (Almer Pits)

Minggu, 24 Juni 2012

Bagaimana Indonesia Mengelola Papua?

Aksi protes rakyat Papua terhadap Indonesia. (Ist)

Papuareality --- Pengelolaan Papua oleh Indonesia lebih didominasi oleh peran militernya. Yakni membunuh dan menghabisi rakyat Papua. Demikian diungkapkan warga Papua dalam bentuk tangisan air mata ketika mengikuti pemakaman Tokoh Aktivis Papua, Mako Tabuni, pekan kemarin.
“Indonesia datang hanya menghabisi kita (orang Papua –red). Sampai kapan situasi ini akan berhenti?” demikian ungkapan tangisan ketika menghantar Jenasa Mako Tabuni ke tempat peristiratannya yang terkahir di salah satu lokasi pemakaman umum di Jayapura, Minggu (17/06/2012). Peristiwa penembakan Mako Tabuni oleh Militer Indonesia maupun ungkapan tangisan merupakan wujud pengelolaan Papua oleh Indonesia. Papua oleh Indonesia menyebabkan derita tangisan air mata dan darah  manusia Papua terus akan mengalir tanpa batas waktu. Seterusnya manusia Papua akan habis di muka bumi Papua.
Sebaliknya terkait pengelolaan Papua oleh Indonesia, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Indonesia, Djoko Suyanto mengatakan, pengiriman dan kehadiran pasukkan militer Indonesia di Papua, berharap menenangkan situasi Papua. “Situasi terakhir (Juni 2012) di Papua meski belum seperti kota mati, sehingga kami menghimbau agar masyarakat untuk tenang,” ungkapnya di Jakarta, Jumad (15/6/2012). Pakar Politik itu berrencana meredam kebenaran dan keadilan di Papua. “Jangan dianggap seolah-olah Papua menjadi daerah panas, serta peristiwa masa lalu jangan diungkit,” tegasnya kepada wartawan Indonesia.
Demikiankah solusi untuk Papua? Ia juga menyamakan aspirasi kemerdekaan Papua, serta kekerasan oleh Militer Indonesia sebagai tindakan kriminal sipil. Hingga kini, Juni 2012, Rakyat Papua menanti perhatian dunia Internasional. (Almer)

‘Kami Akan Berjuang Terus, Sampai Akhir Merdeka’

Ilustrasi Aksi Rakyat Papua. (Ist)
Papuareality ---Markas Arfai milik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di Manokwari pernah dibongkar oleh rakyat Papua tahun 1965. Spirit penolakan rakyat Papua terhadap Indonesia terus bertumbuh dan berkembang bak jamur.
Demikian pesan spirit perjuangan Papua Merdeka sejak tahun 1960-an hingga tahun 2012 dan tahun-tahun mendatang. Semangat memperjuangkan Papua merdeka muncul akibat aksi teror, intimidasi, penangkapan, penyiksaan, pembunuhan, dan penembakan oleh Indonesia melalui operasi pasukan militernya. Mereka ditembak secara terang-terangan maupun melalui aksi terselubung militer Indonesia. Berbagai motif diterapkan militer Indonesia dalam memberantas orang Papua dari muka bumi. Mulai dari Operasi Militer tahun 1969 hingga penembakan terhadap para aktivis Papua  Merdeka. Seperti Arnold Ap, tokoh budayawan Papua. Tom Wanggai, aktivis Papua Merdeka. Theys Hiyo Eluai, tokoh Pendamai Papua. Kelly Kwalik, Tokoh Kebenaran dan Keadilan. Terakhir Mako Tabuni, Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Masih banyak tokoh lainnya ditembak, serta aksi militer dibungkam oleh militer Indonesia. Lain kata, selain itu, masih terdapat teror, intimidasi dan penembakan terhadap warga sipil Papua di muka umum, tanpa menghitung harta dan kekayaan.
Sampai kapankah penjajahan Indonesia di Papua akan terhenti? Hingga kini, Tentara sapurata Papua Merdeka adalah bukan gerilyawan. Tapi rakyat tertindas akibat penjajahan Indonesia. Maka itu, mereka bertekad, berjuang dan berjanji akan setia sampai akhir Merdeka. Salah satu motto perjuangan adalah: Kami harus mengakhiri. Demikian sepenggal kalimat dalam pesan elektronik aktivis Papua merdeka. (redaksi)  

Papua Masih Era DOM

Ilustrasi-Operasi Militer Indonesia. (Ist)

Pengiriman Pasukan Militer Indonesia ke Papua, sejak tahun 1960-an, bukti bahwa Indonesia memberlakukan Papua sebagai daerah operasi militer (DOM). Papua sebagai DOM hingga tahun 2012, diungkapkan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane di Jakarta, Jumad (15/06/2012).
“Pengiriman pasukan militer selama ini, termasuk rencana pengiriman Densus 88 ke Papua, akan mengulanggi penangganan keamanan secara represif sebagai daerah operasi militer,” katanya. Sebab Densus 88 akan mengedepankan penggunaan senjata di Papua.
Papua sebagai DOM, juga diakui warga Papua. “Selama ini warga diculik, dibunuh, ditembak sana-sini. Jadi sampai detik ini, Militer Indonesia mempraktekkan Papua sebagai daerah operasi militer,” ucap simpatisan aktivis Papua. Salah satu majalah budaya setempat menyebutkan, DOM di Papua dilakukan oleh militer organik maupun non organik. Pasukan Militer organik adalah militer (Polisi, Tentara dan intelijen) bersenjata di Papua. Sedangkan pasukan non-organik adalah, warga sipil pro Indonesia yang dipersenjatai maupun sebatas informan, memata-matai Orang Papua dan aktivitas harian. (Almer)

Indonesia Bikin Panas Situasi Papua

Penangkapan terhadap warga sipil Papua oleh Militer Indonesia, menjadi sumber kekerasan dan pelanggaran hak manusia di Papua.

Penambahan pasukan dan tindakan kekerasan bersenjata aparat militer Indonesia di Papua dinilai menyebabkan situasi Papua tidak aman, tidak nyaman bahkan mengorbankana rakyat selama ini.
Demikian disampaikan warga di sela-sela pemakaman Aktivis Papua, Mako Tabani, beberapa hari lalu. “Polisi dan tentara (Indonesia-red) tembak kami seperti binatang. Itu yang bikin situasi ini semakin panas,” ungkap Dolly, penjual sayur di Sentani Jayapura Papua, Senin (18/06/2012). Bersama rakyat Papua lainnya, ia berpendapat penambahan pasukan militer Indonesia dan latar belakang perbedaan antara orang Papua dan orang Indonesia, tidak pernah menyelesaikan konflik di negeri kawasan pasifik itu. “Lihat saja, dari dulu sampai sekarang (ke depan juga-red), kami akan dibunuh secara terang-terangan dan tersembunyi,” kesannya.
Terkait dengan situasi Papua Juni 2012, Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, sejumlah elit Politik dan Militer Indonesia seharusnya didrop ke Papua. Entah untuk apa? Yang jelas, kata Polisi Tito, pengiriman Densus 88 dari Jakarta ke Papua, akan mengintensifkan keamanan di Papua. Sementara itu, elit Papua dan aktivis Papua menilai, kehadiran militer Indonesia tersebut, semakin meningkatkan kekerasan terhadap rakyat sipil orang Papua dan non Papua di Papua. (Almer)

Sabtu, 16 Juni 2012

Polisi Indonesia Rekayasa Penembakan Warga di Garut?

Polisi Indonesia antara harapan dan realita. Banyak korban warga sipil akibat intitusi dan konstitusi republik baret merah itu. (Ist)

Aksi penembakan terhadap dua warga (TS) dan AZ di Garut, Sabtu (16/6/2012) dinilai hasil rekayasa Polisi Indonesia. Kedua warga sipil ditembak dengan alas an mengedarkan ganja hingga pelosok daerah, namun alas an Kepolisian Indonesia ini dibantah warga.
“Sebenarnya tidak demikian, kami juga kaget kalau mereka berdua (TS dan AZ) dituduh menjual ganja,” kata Hermi, warga Garut Jawa Barat. “Tidak tahu, kalau itu disuruh oleh orang Polisi. Kami kaget atas peristiwa penembakan, karena keduanya (TS dan AZ), tidak seperti yang diberitakan,” sambung warga lainnya.
Menurut laporan Kepolisian setempat, TS dan AZ ditembak akibat mengedarkan ganja ke beberapa lokasi desa sekitarnya. “Tidak hanya itu,ketika ditembak siapa yang lihat?” Tanya Amros,warga tetangga lainnya.  Sebelumnya, Kasat Narkoba Polres Garut, AKP Nurjana mengatakan, bukti 2 kiloganja di tahan dari tangannya sebagai barang bukti korban.
Aksi Polisi Indonesia menembak warganya, masih menjadi sorotan. Sebab, utung rugi antar penjual ganja, sekelompok lain menilai dampak lebih besar terasa akibat korupsi. Namun para koruptor, masih dijerat dengan hukuman pasal ringan.  Sementara tuduhan penjual ganja,  masih lazim dijerat pasal 114 ayat 1, subsider pasal 111 ayat 1, subsider pasal 115 ayat 1, subsider pasal 127 ayat 1 huruf a, UU No 35/2009 tentang narkotika. Dasar kontitusi dan penegakkan di republik merah putih itu, dinilai masih meihak kelompok penguasa, bak era Soeharto. (Nur/Elvi/Wan)