Suasana saat diskusi perdamaian (JUBI) |
JUBI --- Semua orang ingin Papua sebagai Tanah Damai, saling
toleransi dan menghargai, beraktivitas dengan aman dan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya terpenuhi, sebabnya perlu ada penegeasan
bahwa Papua janganlah diidentikan dengan daerah konflik
Hal tersebut disampaikan Septer Manufandu, Direktur Eksekutif FOKER (Forum Kerjasama) LSM Papua, ketika tampil sebagai pemateri dalam diskusi bertajuk ‘Membangun Perdamaian Pada Komunitas Pendatang di Tanah Papua’. "Jika kita tidak memahami konsep dialog tersebut akan rancu dan salah persepsi tentang Papua, sebab memecahkan persoalab Papua harus lewat dialog juga," ujar Septer Manufansu, di Jayapura, Sabtu (11/12).
Dia menegaskan, Papua tidak identik dengan rambut keriting dan kulit
hitam dan daerah konflik, itu konsep dan perspektif yang salah.
Sementara itu, Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP), Anum
Siregar, menilai konsep dialog Jakarta-Papua bukan merupakan persoalan
sepele. karena itu, mesti dipahami dalam konsep ke-Papua-an. “Dialog
ini bukan soal Identitas, tetapi persoalan Papua yang sangat pelik,”
katanya lagi.
Salah satu peserta, Harry Maturbongs, berpendapat, konsep dialog mesti dimengerti sebagai konsep simbiosis mutualisme. “Dialog mesti berlaku non violence,” kata Harry. Hadir pula dalam diskusi ini beberapa tokoh agama lainnya, perwakilan Majelis Rakyat Papua, LSM, akademisi dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Papua dan instansi lainnya. (Timo Marten)
Salah satu peserta, Harry Maturbongs, berpendapat, konsep dialog mesti dimengerti sebagai konsep simbiosis mutualisme. “Dialog mesti berlaku non violence,” kata Harry. Hadir pula dalam diskusi ini beberapa tokoh agama lainnya, perwakilan Majelis Rakyat Papua, LSM, akademisi dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Papua dan instansi lainnya. (Timo Marten)