JUBI --- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI)
Daerah Pemilihan Papua, Diaz Gwijangge, mengemukakan bahwa umat
Kristiani akan segera merayakan Natal 2010 dan Tahun 2011. Oleh karena
itu, memasuki Natal yang merupakan hari besar umat Kristiani, sebaiknya
Papua bebas dari penangkapan dan penembakan warga sipil.
“Bulan
Desember dan memasuki Hari Natal sebaiknya Papua tidak dijadikan ajang
penangkapan dan penembakan warga sipil. Wilayah itu harusnya ditetapkan
sebagai tanah damai,” ujar anggota Komisi X DPR RI Diaz Gwijangge,
kepada JUBI di Jayapura, Senin (6/12).
Penegasan itu dikemukakan
Diaz yang juga legislator dari Partai Demokrat menyusul meningkatnya
aksi penembakan terhadap sejumlah warga di sejumlah wilayah di Papua.
Diaz
mencontohkan, berdasarkan informasi yang diterima dari Jayapura, pada
20/11 ada sekelompok orang bersenjata tiba-tiba menembaki warga di
daerah Gunung Timei, Daerah Administratif Kampung Nafri, Kota Jayapura.
Seorang warga, Riswandi Yunus, meregang nyawa akibat tertembus
timah panas pada dada hingga tembus ke punggung. Sementara itu,
pengemudi taksi, Baharudin (45), dilaporkan menderita luka-luka akibat
ditembak telapak tangan sebelah kanan.
Begitu pula Zainal (9),
pelajar SDN 2 Bucen, Kotaraja, dikabarkan menderita luka tembak pada
bagian telapak tangan sebelah kiri dan luka lecet pada bagian dada.
Warga
lainnya, Alex Nongga (32), tertembak pada bagian lengan tangan sebelah
kanan, luka lecet pada muka dan hidung. Begitu juga Saharia Bowo (38),
ibu rumah mengalami luka lecet pada kedua lutut. Diaz menegaskan,
penangkapan, penahanan, dan penembakan warga tidak pernah menyelesaikan
masalah.
Karena itu, ia meminta semua pihak melihat setiap
permasalah dengan jelih dan menanganinya dengan pendekatan kemanusiaan,
bukan keamanan. “Masyarakat tidak serta merta menjadi kambing hitam
atas setiap aksi penembakan. Saya minta agar kasus seperti yang terjadi
di Kampung Nafri tidak terulang lagi,” tegas Diaz.
Diaz juga
menyoroti insiden tewasnya Miron Wetipo, napi yang melarikan diri dari
LP Klas IIA Abepura. Ia dikabarkan tewas saat terjadi baku tembak
antara kelompok bersenjata dengan anggota TNI di Tanah Hitam, Abepura
Jayapura, Jumat (3/12) lalu.
Sebelum peristiwa penembakan itu
terjadi, diberitakan pada hari yang sama aparat keamanan diberondong
peluru orang tak dikenal sekitar 50 meter dari rumah Dani Kogoya. Dani
disebut-sebut sebagai otak di balik penyerangan warga di Kampung Nafri,
20 November lalu. Dugaan itu diperkuat dengan ditemukannya sejumlah
dokumen terlarang milik OPM di rumahnya saat operasi aparat keamanan.
Dalam
penggerebekan di rumah Dani, aparat keamanan juga menahan delapan
orang, yakni Yus Jikwa, Itok Tabuni, Elmin Jikwa, Lani Borna, Maluk
Tabuni, Nalius Jikwa, Matius Sieb, dan Kagoyanak Jikwa. Diaz menyangkan
terjadinya insiden penembakan terhadap warga sipil. Padahal, mereka
adalah warga kecil yang bermukim di pinggiran kota.
Menurutnya,
ada sesuatu yang janggal karena 1 Desember yang disebut-sebut menjadi
HUT OPM dibesar-besarkan sehingga menjustifikasi pihak aparat keamanan
melakukan pengeledahan dan penangkapan warga sipil. ”Insiden itu
melukai masyarakat kecil yang mendambakan kedamaian. Saya berharap agar
bulan Desember ini Papua dijadikan tanah damai. Tak perlu lagi ada
penangkapan maupun penembakan warga sipil. Biarkan masyarakat merayakan
Natal dalam suasana damai dan tentram,” kata Diaz. (Eveerth Joumilena)