JUBI
--- Keberadaan aparat militer di Degeuwo, Kabupaten Paniai, dinilai
masih sangat leluasa dan mengintimidasi masyarakat setempat dengan
senjata demi kepentingannya.
“Di Degeuwo, Kabupaten Paniai dari
tahun 2003 hingga saat ini, pengamaan bisinis-bisnis illegal oleh
aparat militer masih terjadi, dan masyarakat selalu di todong oleh
senjata jika ingin menunut hak wilayat serta alamnya” kata Julian
Gobay, Ketua Solidaritas Mahasiswa dan Masyarakat Mee/ Moni se kota
Jayapura, saat bersama masyarakat dan mahasiswa asal suku MEE dan Moni
di halaman kantor DPR Papua, Rabu (15/12).
Julian menyatakan
hampir semua bisnis illegal yang ada di Degeuwo dikuasi militer, yakni
Lokalisasi (tempat seks komersial) atau tempat hiburan malam, kios-kios
tempat dagangan minuman keras (Miras) atau beralkohol tinggi serta
lokasi penambangan emas dan material.
Selain itu, para pegusaha
juga menebang hutan dengan leluasa dan sembarangan demi kepentinganya,
masyarakat adapt setempat tak bisa berbuat banyak karena selalu di
hadang dan di ancam aparat militer.
“Sesuai dengan hasil
penilitian kami beberapa hari lalu, setiap bulannya aparat militer yang
bertugas di lokasi tersebut di upah sebesar 42,5 juta rupiah oleh para
pengusaha” tuturnya
Menurutnya telah terdapat 27 kafe, 24
tempat biliar, 20 rumah tempat pekerja seks komersial yang terinveksi
HIV/AIDS, 70 kios tempat dagangan miras di Degeuwo
Dalam aksi
damai tersebut mereka juga datang dengan membawa beberapa spanduk dan
foro-foto dari semua aksifitas di lokasi penambangan tersebut baik yang
positif maupun negatif. (Yarid AP)