JUBI --- Dewan Adat Papua (DAP) menilai penyisiran yang dilakukan
aparat kemanan disekitar kawasan Tanah Hitam, Abepura, Papua, sejak
Kamis (2/12) dan Jumat (3/12) kemarin, sangat tidak beralasan.
“Penyisiran itu dalam rangka apa? Apakah mereka terlibat dalam kasus
Nafri?," ujar Ketua DAP, Forkorus Yaboisembut, kepada JUBI, Sabtu,
(4/12).
Menurut Forkorus, semestinya pihak aparat harus
menyelidiki sebelum melakukan operasi dan tidak mudah main tembak
begitu saja. “Apakah tenembak itu sebuah langkah terakhir atau apakah
itu sesuai prosedur ?," tanyanya.
Sebelumnya pada Jumat (3/12) dini hari, aparat keamanan TNI dari
Komando Resor Militer 172/Praja Wirayakhti di Bawah Kendali Operasional
(BKO) Kepolisian Resor Kota Jayapura melakukan penyergapan di salah
seorang rumah warga berinisial DK selain berhasil menahan delapan
orang, juga ditemukan puluhan amunisi yang diduga milik kelompok
bersenjata.
Adapun nama-nama delapan orang yang diamankan adalah Nius Kogoya,
(23 tahun), Ito Tabuni (23), Elimin Jikwa (27), Lani Boma (24),Maluk
Tabuni (21), Lambertus Siep (21), Nalius Jikwa (26), dan seorang
dicurigai sebagai pendeta.
Kapolresta Jayapura, Imam Setiawan mengatakan, penyisiran dilakukan
terkait kasus penembakan yang terjadi di Nafri Minggu (28/11) lalu.
Penembakan itu menewaskan seorang warga dan 4 luka. Riswandi Yunus (35)
tewa di tempat mengenai leher kiri. Sementara Fernal Nongka (10),
tertembak di dada kiri dan kanan, Alex Nongka (40) di lengan kanan
bagian atas, dan Baharudin (49) serta Dian Novita di tangan kanan. (Timo Marten)