Ilustrasi Pasien di Paniai (Ist) |
JAKARTA
-- RSUD Kabupaten Paniai, Propinsi Papua, mencekam, karena didatangi
sekelompok oknum Brimob setempat dan TNI. Mereka mencabuti infus pasien
dan meminta mereka serta perawat dan dokter di dalamnya meninggalkan
RSUD. Seluruh petugas rumah sakit serta pasien yang tengah dirawat
meninggalkan rumah sakit sejak Selasa (21/8). Ini akibat intimidasi dari
aparat keamanan setelah tertembaknya seorang anggota Brimob.
"Ini membuat masyarakat ketakutan," jelas Koordinator National Papua Solidarity (Napas), Marthen Goo, di Jakarta, Kamis (23/8). Dikatakannya, mereka semua meninggalkan rumah sakit dengan berjalan kaki.
Marthen menyatakan yang tragis adalah pasien yang menderita sakit parah. Mereka membutuhkan perawatan intensif. Kondisi ini membuat trauma karena oknum yang berkelompok itu memasuki rumah sakit dengan membawa senjata laras panjang. Pasien yang seharusnya mendapatkan perawatan medis justru harus pulang karena ulah mereka.
Marthen meminta agar pemerintah tidak tinggal diam. Mereka yang terlibat dalam penciptaan kondisi mencekam itu harus ditindak secara hukum. "TNI dan Polri tidak boleh tinggal diam," imbuhnya.
Dia menduga insiden ini terjadi karena oknum Polri dan TNI tidak terima dengan ditembaknya personel Polri setempat, Brigadir Yohan Kisiwaitoi, hingga tewas di ujung Bandara Enartotali. Timah panas menembus bagian dada sebelah kiri. Penembakan terjadi sekitar pukul 10.30 WIB. Pelaku melarikan diri. Polisi kini tengah memburu pelaku penembakan, dan belum diketahui motif dari penembakan tersebut.
Yohan tengah bersama rekannya, yakni Briptu Gustab Wartanoi, sedang bersama-sama mencuci mobil. Kemudian rekannya pergi untuk membeli makan, sehingga korban Yohan Kisiwatoi sendiri mencuci mobil dan tiba-tiba ditembak oleh orang tak dikenal.
Marthen menduga berdasarkan informasi yang dihimpun, penembaknya adalah oknum Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Papua Merdeka (OPM) di bawah komando John Magai Yogi. Belum diketahui jelas apa motifnya. Namun TPN selalu menyerang aparat Polri maupun TNI karena pihak TPN selalu diserang oleh dua pihak ini. TPN dianggap sebagai pemberontak yang mengancam kemerdekaan Indonesia.
"Ini membuat masyarakat ketakutan," jelas Koordinator National Papua Solidarity (Napas), Marthen Goo, di Jakarta, Kamis (23/8). Dikatakannya, mereka semua meninggalkan rumah sakit dengan berjalan kaki.
Marthen menyatakan yang tragis adalah pasien yang menderita sakit parah. Mereka membutuhkan perawatan intensif. Kondisi ini membuat trauma karena oknum yang berkelompok itu memasuki rumah sakit dengan membawa senjata laras panjang. Pasien yang seharusnya mendapatkan perawatan medis justru harus pulang karena ulah mereka.
Marthen meminta agar pemerintah tidak tinggal diam. Mereka yang terlibat dalam penciptaan kondisi mencekam itu harus ditindak secara hukum. "TNI dan Polri tidak boleh tinggal diam," imbuhnya.
Dia menduga insiden ini terjadi karena oknum Polri dan TNI tidak terima dengan ditembaknya personel Polri setempat, Brigadir Yohan Kisiwaitoi, hingga tewas di ujung Bandara Enartotali. Timah panas menembus bagian dada sebelah kiri. Penembakan terjadi sekitar pukul 10.30 WIB. Pelaku melarikan diri. Polisi kini tengah memburu pelaku penembakan, dan belum diketahui motif dari penembakan tersebut.
Yohan tengah bersama rekannya, yakni Briptu Gustab Wartanoi, sedang bersama-sama mencuci mobil. Kemudian rekannya pergi untuk membeli makan, sehingga korban Yohan Kisiwatoi sendiri mencuci mobil dan tiba-tiba ditembak oleh orang tak dikenal.
Marthen menduga berdasarkan informasi yang dihimpun, penembaknya adalah oknum Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Papua Merdeka (OPM) di bawah komando John Magai Yogi. Belum diketahui jelas apa motifnya. Namun TPN selalu menyerang aparat Polri maupun TNI karena pihak TPN selalu diserang oleh dua pihak ini. TPN dianggap sebagai pemberontak yang mengancam kemerdekaan Indonesia.
Redaktur: Dewi Mardiani ( http://www.republika.co.id/)
Reporter: Erdy Nasrul