Johannes Nugroho Wicaksono |
Kali pihak Kepolisian Indonesia (POLRI) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih belum puas menjajah Papua. “Peta politik dan situasi di Papua selama ini dibangun oleh TNI/POLRI,” ungkap Semmuel warga Papua di Jayapura kepada Papua Reality, Selasa (7/8) siang. Menurutnya, kekerasan bersenjata di Papua, sebenarnya dikebiri oleh militer Indonesia. “Termasuk isu pelaku penembakan di Mulia (Kabupaten Puncak Jaya-red) dilakukan oleh orang Indonesia,” ungkap aktivis itu.
Pelaku kekerasan di Mulia, seperti yang dibahas dalam salah satu milis Papua, menyatakan bahwa, tuduhan tersebut tanpa bukti. “Pelaku sandera dan penggeroyok siapa? Mana buktinya? Tidak ada bukti. Kalau bendera, pisau anak panah, itu bias dipalsukan,” terangnya.
Terkait dengan protes Semmuel tersebut, rekan aktivitis lainnya juga menilai Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Drs Johannes Nugroho Wicaksono membangiun opini baru tentang kelompok OPM faksi Yambi di Puncak Jaya. “Humas Polda itu orang apa, tidak tahu apa-apa di lapangan, p[aling kesimpulan pernyataannya, pelaku lari ke hutan, pelaku lari ke hutan. Paling teriak begitu saja, kayak anak kecil mintah tolong,” tepisnya. Situasi demikian, sebenarnya Papua menanti tim Independen. “Mari kirim Tentara atau pasukan Internasional yang independen dan damai di tanah Papua. Bukan Militer Indonesia yang pojokkan aspirasi dan rakyat Papua,” tandasnya. (demmy)