Penangkapan terhadap warga sipil Papua oleh Militer Indonesia, menjadi sumber kekerasan dan pelanggaran hak manusia di Papua. |
Penambahan pasukan dan
tindakan kekerasan bersenjata aparat militer Indonesia di Papua dinilai
menyebabkan situasi Papua tidak aman, tidak nyaman bahkan mengorbankana rakyat
selama ini.
Demikian disampaikan warga di sela-sela pemakaman Aktivis
Papua, Mako Tabani, beberapa hari lalu. “Polisi dan tentara (Indonesia-red)
tembak kami seperti binatang. Itu yang bikin situasi ini semakin panas,” ungkap
Dolly, penjual sayur di Sentani Jayapura Papua, Senin (18/06/2012). Bersama
rakyat Papua lainnya, ia berpendapat penambahan pasukan militer Indonesia dan latar
belakang perbedaan antara orang Papua dan orang Indonesia, tidak pernah
menyelesaikan konflik di negeri kawasan pasifik itu. “Lihat saja, dari dulu
sampai sekarang (ke depan juga-red), kami akan dibunuh secara terang-terangan
dan tersembunyi,” kesannya.
Terkait dengan situasi Papua Juni 2012, Ketua Badan Nasional
Penanggulangan Teror (BNPT) Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, sejumlah elit
Politik dan Militer Indonesia seharusnya didrop ke Papua. Entah untuk apa? Yang
jelas, kata Polisi Tito, pengiriman Densus 88 dari Jakarta ke Papua, akan
mengintensifkan keamanan di Papua. Sementara itu, elit Papua dan aktivis Papua
menilai, kehadiran militer Indonesia tersebut, semakin meningkatkan kekerasan
terhadap rakyat sipil orang Papua dan non Papua di Papua. (Almer)