Ilustrasi korban warga sipil akibat penembakan militer Indonesia di Papua. (Sumber:Peuuumabipai.blogspot.com) |
Pengejaran dan pembunuhan terhadap orang Papua masih
berjalan hingga tahun 2015.
Situasi pembunuhan dan pemusnaan Etnis dan ras Melanesia,
demikian pernah terungkap dalam diskusi dan buku-buku yang beredar mengenai
orang Papua dan nasibnya di masa mendatang.
Salah satunya, adalah penyisiran dan pembantaian terhadap
warga sipil di Distrik Tembagapura, Mimika, Selasa (6/1)2015) lalu. Dalam penyisiran tersebut, salah satu warga
bernama Yondiman Waker ditembak aparat tanpa sebab dan alasan yang jelas
menurut warga.
“Saat penyisiran, pukul 05:00, dari Tim gabungan TNI
dan POLRI, ditembak, saudara Yondiman Waker, umur 39 tahun di bagian perut 2 CM
dari tali pusat. Rumah warga dibakar habis,” kata Benny Pakage, aktivis HAM
gereja Kigmi Papua, seeprti yang dilangsir www.tabloidjubi.com
pada hari Rabu (7/1) kemarin.
Kasus kekerasan
aparat negara, bersentara terhadap warga ini dinilai melanggar Hak Azasi
Manusia (HAM). “Alasan apapun atau dalam situasi apapun, nyawa manusia tak bsia
ditembak dan dikejar seperti binatang,” demikian lontaran sejumlah took Agama
di wilayah itu, Kamis (8/1).
Sebelumnya, kasus kekerasan aparat bersenjata
Republik Indonesia juga telah menembak mati sejumlah warga Paniai, awal
Desember 2014.
Sebab penyerangan aparat ini seperti dalang
kekerasan negara yang berjalan sepanjang waktu di Papua. Hingga Kamis,hari ke-8 bulan Januari,
warga sipil ketakutan dan melarikan diri ke hutan dan gunung sekitarnya. Mereka takut terhadap
aparat militer Indonesia.
Meski begitu, kepolisian dan Tentara Indonesia,
mengklaim warga Papua adalh milik Indonesia, kecuali warga tertentu yang
dituding peneror atau pembuat onar di kalangan warga. Pembersihan lokasi warga,
telah dilakukan sejak Rabu (7/1) kemarin, seperti kata Kapolda Papua Inspektur Jenderal (Pol) Yotje
Mende.
Pimpinan Polisi daerah Papua itu mengakui, telah
menggerakkan pasukan militernya. Para pasukan militer itu milik Tentara Indonesia, terdiri dari dua pertiga anggota
Polres Mimika, 453 orang Satgas Amole, 27 orang merupakan gabunganPropam,
Reserse, Intel dan Satgas Ops Polda Papua, serta 150 personil TNI
bersenjata lengkap dari Batalyon Kodim Mimika,
“Brimob Polda juga disiagakan sebanyak 500 personil. Mereka siap
diberangkatkan ke Timika dalam operasi penegakan hukum. Targetnya satu, tangkap
hidup atau mati para pelaku,” ujarnya, Rabu
kemarin.
Warga setempat telah dituding menembaki para aparat kepolisian beberapa
waktu lalu, sekitar tambang perusahan raksasa itu. Namun tuduhan itu telah
ditepis warga lokal.
“Kami bukan penjahat, kami bukan pembunuh. Tapi kami menjunjung
ketidakadilan negara di daerah kami,” tulis salah satu warga dalam pesan yang
diterima keluarganya di Kota Timika. (Kotekabobe)